Diet Untuk Sindrom Ovarium Polikistik

Diet Untuk Sindrom Ovarium PolikistikSindrom ovarium polikistik sering dikaitkan dengan obesitas, penyakit jantung, diabetes dan bahkan ketidaksuburan yang tentunya sangat berkaitkan erat dengan diet kita.

Dengan alasan itu pula dokter sering menyarankan untuk melakukan penurunan berat badan sebagai bagian dari pengobatan sindrom ovarium polikistik tersebut.

Tapi sebelum membahas mengenai diet untuk sindrom ovarium polikistik ini kita akan memnyinggung sedikit mengenai apa itu sindrom ovarium polikistik dan apa saja penyebab hadirnya gangguan medis ini.

Sindrom ovarium polikistik adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon pada wanita. Gejala-gejala penyakit ini termasuk obesitas, haid tidak teratur atau amenore, resistensi insulin, depresi, rambut rontok, kelebihan hormon laki-laki ditandai dengan peningkatan pertumbuhan rambut pada wajah dan tubuh serta pembesaran ovarium karena kehadiran gerombolan kista kecil.

Sindrom ovarium polikistik juga dapat menyebabkan diabetes tipe 2, tekanan darah tinggi, penyakit jantung, stroke, kolesterol darah tinggi, keguguran, dan kanker endometrium. Gejala-gejala dan kondisi medis yang terkait bervariasi dari satu wanita dengan yang lain.

Pengobatan untuk kondisi ini disesuaikan agar sesuai masalah individu, seperti pertumbuhan abnormal rambut tubuh dan infertilitas.

Tapi hal yang paling penting adalah mengendalikan atau mengelola risiko jangka panjang masalah diabetes, penyakit jantung, stroke, dan tekanan darah tinggi. Karena kesemua kondisi ini secara langsung atau tidak langsung berhubungan dengan obesitas.

BACA:  Penyebab dan Cara Mengatasi Nyeri Leher

Dokter menyarankan penurunan berat badan sebagai bagian dari rencana perawatan keseluruhan. Hal ini diyakini bahwa, menjaga berat badan yang sehat dapat bermanfaat dalam mengurangi dan mengendalikan gejala dan kondisi yang berhubungan dengan sindrom ovarium polikistik.

Obesitas dan sindrom ovarium polikistik

Sekitar 50 sampai 60 persen wanita yang terkena sindrom ovarium polikistik juga mengalami obesitas yang terkait dengan tingkat insulin. Bahkan sekitar 80 persen dari wanita yang mengalami sindrom ovarium polikistik resisten terhadap insulin.

Insulin sendiri adalah hormon yang disekresi oleh pankreas untuk memecah karbohidrat, dan untuk membawa gula dari darah ke otot dan sel-sel. Dan sel-sel ini yang akan mengubah gula menjadi energi atau menyimpannya sebagai lemak.

Diet untuk mengatasi sindrom ovarium polikistik

Nah, untuk mengatasi sindrom ovarium polikistik ini penderitanya perlu membuat rencana diet rendah lemak dan rendah karbohidrat.

Tingginya kadar karbohidrat dapat memicu kelebihan produksi insulin yang akan memiliki efek negatif pada kesehatan.

Menghindari makanan olahan, seperti roti, pasta, kue, dan es krim. Namun kita dapat menyertakan karbohidrat yang lebih kompleks, seperti roti gandum dan sereal, pasta gandum, barley, beras merah, dan kacang-kacangan.

BACA:  Cara Menumbuhkan Rambut Di Jidat

Memilih makanan glikemik rendah, yang mengambil lebih banyak waktu untuk berubah menjadi gula darah. Mereka memiliki kandungan serat lebih tinggi dari makanan glisemik tinggi (makanan yang memecah dengan cepat selama proses pencernaan dan pelepasan glukosa dengan cepat ke dalam aliran darah).

Namun demikian, konsumsi harian karbohidrat tidak boleh kurang dari 40 gram karena dengan asupan rendah karbohidrat juga dapat menyebabkan ketosis.

Cobalah untuk minum lebih banyak air dan cairan, tapi hindari minuman berkafein.

Diet untuk sindrom ovarium polikistik tidak mengandung makanan dengan lemak jenuh dan trans (termasuk makanan daging merah, produk susu utuh, mentega, margarin, dan makanan yang digoreng dan pedas).

Sebaliknya, mengkonsumsi makanan tinggi lemak tak jenuh tunggal dan makanan yang mengandung lemak omega 3 sangat baik untuk kesehatan jantung.

Dari hasil penelitian para ahli mengenai sindrom ovarium polikistik ini, perubahan pola makan dan olahraga teratur ditemukan untuk menjadi bermanfaat dalam mengembalikan siklus menstruasi yang teratur dan ovulasi. Hal ini juga membantu dalam mengendalikan masalah kesehatan yang berhubungan dengan sindrom ovarium polikistik.